Kamis, 18 Desember 2014

CARA PASANG KNALPOT RACING MATIK, JAUHKAN DARI BODI DAN RANGKA

Memang nggak semua knalpot racing harian matik akan mentok bodi bod dan rangka bagian bawah. Tapi umumnya konstruksi yang dijual dari semua produksi knalpot, kasusnya memukul-mukul bodi dan rangka. Selain bodi akan lecet dan rangka penyok. Juga berisik,tau! Karena itu butuh akal-akalan untuk menjauhkannya dari bagian tersebut.
Mengakalinya juga mudah, sangat mudah malah. Langkah-langkahnya diawali sama dengan mengganti knalpot. Soal ini tak perlu diajari pada pengklik maniakmotor yang setia, eces katanya. Kan cuma modal kunci T14 dan 12. “Cuma yang perlu diketahui menjauhkan pipa knalpot dari bodi dan rangka,” jelas Aziz dari Bintaro yang doyan mendandani matik.
Agung ini sering dipanggil Toples yang bentuk bodinya memang mirip toples buat isi kue itu. Katanya cukup mencari bos 5 - 6 cm untuk mengganjak baut pemegang knalpot bagian belakangnya. Karena bos ikut memanjang bautnya juga diganti yang lebih panjang dari bos. "Kan kalau pakai baut lama sudah tak menjangkau pegangannya," kata Toples. Iya ya.
Baut dan bos nya silakan dibeli di toko baut,. Biasanya bosh ini hanya Rp 2 - 5 ribu dan bautnya Rp 5 ribu. Murah kan untuk urusan mengamankan bodi. Bila mau lebih murah lagi cari-acari bosh dan baut bekas di bengkel-bengkel. Gratiiiis....



Sumber : maniakmotor

YAMAHA NEW MIO M3 125; HARGA RP 13.98 JUTA, NIH YANG DISEBUT TEKNOLOGI BLUE CORE

Eco Indicator (EI) itu menuntun pengendara mendapatkan putaran mesin paling konstan saat motor melaju. Ini yang disebut menghimpun teknologi Blue Core pada Yamaha Mio 125 M3.  Matik gacoan baru Yamaha Indonesia itu telah diluncurkan pada 5 Desember 2014 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Indikator lampu akan menyala bila sensor membaca Mio 125 dalam keadaan beban minimum (konstan) ketika melaju. Saat itu  rotasi roda berputar ideal, beban girboks otomatisnya paling rendah dan akhirnya mesin berputar stabil. Ujungnya menuntun sampeyan berkendara irit bila terus menyalakan EI-nya. “Lampu indikatornya diposisikan di sudut kiri spedometer, agar mudah terpantau, Jika EI sering menyala, konsumsi bbm akan hemat 50 persen,” jelas M.Abidin, GM After Sales & Motorsport PT YI. 
Untuk memudahkan EI menyala terus, tentu bukan urusan lampu indikatornya. Selain cara berkendara, kuncinya tetap dari performa mesin. Karena itu yang disebut teknologi Blue Core. Dari dasar mesin Yamaha hal itu mudah dicapai dengan sepesifikasi bawaan yang unggul pada torsi. Contoh soal kapasitas, Yamaha selalu menganut stroke lebih tinggi. Macam Mio 125 M3 ini memiliki diameter silinder 52,4 mm dan langkah piston 57,9 mm.
Bila dipehatikan teliti spek itu sama saja dengan Xeon RC 125. “Dari dasar ini dibantu  rekayasa CVT agar ikut membantu mesin mudah dapat putaran ideal. Lalu throttle body menyesuaikan yang ini hanya 24 mm diameternya. Ini dibantu empat lubang injector dari system fuel injection. Dengan kombinasi ini, EI mudah menyala yang artinya ini Mio 125 gampang dibawa irit,” tambah Abidin sembari cerita soal diameter throttle body berbeda dengan generasi terdahulu. Juga Mio 125 memiliki teknologi silinder yang mirip R25 selain tabung silinder DiAsil dan Forged Piston yang sudah terbukti kuat lantaran minim gesekan.
Cerita Abidin pas dengan spesifikasi sesuai datanya. Ini matik telah memiliki momen puntir ideal 9.6 nm pada 5.500 rpm. Torsi kalau pada hitungan kecepatan internet sama dengan PING ini, memang didapat pada putaran lelatif rendah.
Bila diandaikan melaju  pada 45 – 60 km/jam indikator EI akan aktif. Atau tergantug pada beban mesin paling enteng dari cara bawa, ya di bawah atau di atas dari angka itu bisa saja. Itu hanya andai, karena belum ditest, hanya ilmu kira-kira yang masuk akal. Tapi soal kecepatan stabil dari semua skill pengendara matik adanya di situ. Lebih dari 60 km/jam, mendingan kamu ikut daftar balap Yamaha Cup Race, hehe.  
Sebenarnya EI sudah ada zaman dahulu. Tetapi saat itu masih konvesnional dengan garis ijopada speedometer untuk mengendara ekonomis. Jika sekarang ada EI dengan petunjuk lampu, berarti Yamaha Indonesia yang pertama memperkenalkannya. Ini baru namanya fitur yang fungsional di era BBM mahal. Irit, namun tetap kuat seperti  Blue Core itu. Geetu bro.    
Eit... harganya Rp Rp 13.98 juta OTR Jakarta. Ada enam warna yaitu Mention Black, Trending Yellow, Hashtag Brown, Selfie Red, Chat White, dan Tweet Magenta. Lho, warna birunya mana? Fitur-fitur lainnya silakan lihat pada tulisan berikutnya. Kalau dicampur aduk di sini, nggak bakal fokus. Yang jelas Mio 125 ini dibikin ramping. Tujuannya berkaitan dengan EI agar gesit. Hebat tuh indikator, hanya sebuah lampu tapi dampaknya banyak.




Sumber : maniakmotor

KONSUMEN RIAU PERTAMA BELI KAWASAKI H2, YANG LAIN BOLEH DP RP 50 JETI, BARU DP TUH..!

Kawasaki H2 dan H2R yang supercharger rencananya baru Januari 2015 akan resmi diluncukan di Indonesia. Tapi mulai sekarang sudah bisa pesan dengan tanda pengikat Rp 50 juta. Itu baru uang pesan, macam mana harganya?
Ternyata orang pertama yang pesan dari Pekan Baru, Riau. “Ini asli. Sudah resmi pesan dari dealar Kawasaki Greenctech Riau. Tentu konsumen ini bukan dengan uang muka Rp 50 juta, tapi sudah separuh dari harga motor. Yang dibeli H2 yang harganya sekitar Rp 580 juta. Yang H2R saya belum tahu pasti harganya,” jelas Henry Suwandi, bos Kawasaki Greentech Riau tanpa merinci jauh harga sebenarnya H2 yang dibeli.
Siapa orang yang pesan itu pun tak dibocorkan. Yang jelas sakunya tebal. Lha wong itu motor seharga 4 biji mobil kelas minibus. Bisa beli motor bebek 50 unit, hehe. Tak peduli nantinya bisa menghendling tenaga 210 dk atau tidak. Tenaga itu dicapai pada rpm 11.000. Hanya sekelas pembalap professional yang mampu mengembangkan putaran mesin seperti itu. Apalagi yang H2R yang kisaran tenaganya di atas 250 dk. Top speednya pun bisa setara motor MotoGP, diatar 300 km/jam.
Buat sampeyan yang sekadar hobi, mendingan tuh motor dipajang di rumah untuk status gengsi. Boleh sih dibawa jalan tapi jangan terpancing. Karena dibaca dari spesifikasinya, itu motor sungguh nyaman. Cerita nyaman, tiba-tiba saja larinya sudah di atas 100 km/jam yang nggak terasa. Tapi sangat terasa saat terjadi insiden. Repot deh.
Betapa tidak nyaman, teknologinya pakai control traksi. Tenaga yang tersalur ke roda Kawasaki H2 yang  mesinnya 998cc dari diameter silinder 76 mm dan langkag piston  55mm dengan empat silinder, akan tersalur pintar lewat pemetaan eletronik control traksinya. Walau tenaganya disuntik supercharger, tapi akan berlangsung halus.
Sebab pemetaan (mapping) control traksinya saja ada 10 tingkat pada setiap mode. Kalau tiba-tiba hujan, kontrolnya tinggal digeser ke modewet. Tenaga ke roda pun akan turun jauh dan boleh dibagi 10 lagi sesuai kondisi saat itu alias setengah basah, basahnya biasa-biasa saja atau basah bangat. Sama dengan street atau di jalanan dan track. Track ini mungkin pengertiannya ketika di sirkuit. Ya itu kira-kiranya bro.
Dan berbagai kecanggihan lain yang sudah pasti istimewa deh. Kata orang Jakarta, duit nggak bo’ong, bro. Macam duitnya orang Riau tersebut. Apalagi PT Kawasaki Motor Indonesia memang akan menjual motor ini dengan terbatas. Ya nggak dibatasi saja, memang yang beli juga terbatas.
Spesifikasi Kawasaki H2
Engine : 998cc, supercharged, 16-valve DOHC, liquid-cooled, in-line four-stroke
Claimed Power : 200bhp @ 11,000rpm (210bhp with Ram Air)
Claimed Torque : 98.46lbft @ 10,500rpm
Bore x Stroke : 76.0 x 55.0mm
Compression : 8.5:1
Gearbox : 6-speed, dog-ring
Chassis : High-tensile steel
F Suspension : KYB 43 mm inverted AOB fork, fully adjustable
R Suspension : Uni-Trak with KYB gas-charged dual-speed shock, fully adjustable
Front Brakes : Brembo radial-mount, 4-piston calipers, 330mm discs
Rear Brakes : Brembo 2-piston caliper, 250mm disc
Wheelbase : 1455mm
Seat height : 825mm
Kerb weight : 238kg
Fuel capacity : 17 litres
Sumber : maniakmotor

Rabu, 17 Desember 2014

FU PAKAI PISTON CBR JADI 29 DK, EFISIENSI MEKANIS..!

Ada empat peningkatan tenaga yang mudah dilakukan. Yakni kompresi, pengapian, meniakkan kapasitas dan  pasokan bahan bakar yang tepat. Kali ini Swega from RAT Motosport, Sidoarjo, Jatim, melakukan eksperimen lebih dalam. Sebelumnya hanya utak-atik FU standart dan tembus 22 Dk dengan piston dan setang piston yang sama, coba baca ini: Tips Motor; Korek Harian (Kohar) Satria FU, Pakai Setang Tiger, Piston CBR150.
Berbekal flowbench dan dynotest, bersama siswa kursus modifikasi miliknya, coba main pada piston CBR. “Menaikkan kapasitas mesin dengan penggantian piston lebih besar pun nggak asal comot seperti beli bakso, hehe. Piston CBR 150 os 3.00 dipilih karena diameter yang sama dibanding piston hi speed, tapi selisih bobotnya 40gram. Lumayan  meringankan akselerasi rpm, apalagi ditambah bodi piston yang slim membuatnya minim gesekan. Ini namanya efisiensi mekanis,” kata Swega yang makin jaya itu. Wkwkwkw...
Katanya piston CBR tak serta merta bisa langsung dipasang. Connecting rod harus diganti milik Tiger supaya pin piston 15 mm pas dengan piston. Keuntungan setang Tiger selain panjang pula bisa dibuat lebih ringan. Panjang setang Tiger bikin piston CBR saat TMA masih bisa dibuat dome1,5mm. Itu sekaligus memadatkan ruang bakar menjadi kompresi 12:1.
Bensinnya jangan oplosan, bisa mati sampeyan. Mesin FU bakal mual-mual, lambungnya nggak tahan. Pakai partamax saja, harganya sudah tipis-tipis dengan premium yang barusan dicabut subsidinya. Itu berkaitan dengan naikknya kompresi yang butuh oktan di atas 90. Kaitannya juga supaya enak hasil utak-atiknya, tidak percuma.
Dari data diameter piston, boleh ditentukan ukuran klep. Tinggal masukkan rumus klep in = 0,36 × diameter piston. Ketemunya diameter 24 mm untuk klep masuk. Sedang klep ex seperti biasa 85% dari klep in, jadinya 21 mm. Setelah data klep terurai, tinggal bikin porting.
Soal itu sama dengan rumus pada tulisan sebelumnya . Coba deh..cek lagi.  Untuk kem dipatok tak jauh dari standarnya, durasi in close 40o dan open 9o sedangkan ex saat open 41o dab close 11o. Lift atau angkatan klep 7,8 mm dengan per klep FXR.
Peningkatan pasokan bahan bakar lebih oke sesuai riset Swega pakai karbu PWK KTC 28 mm. Karbu ini dimodif dengan  nozzle 30 lubang sehingga bisa lebih kering terhadap ruang bakar. Pilot-jet 48 dan main-jet 110 didaulat mengawal pengapian yang meledakkan bahan bakar 390 sebelum TMA. 
Hasil modifikasi ini menggunakan knalpot custom by RAT dengan leher type C yang lagi trend. “Lantaran dicoba jalan motornya sudah lompat-lompat, hehe. Sekalian dinaikkan pada meja dyno. Output 29,3 Dk dan torsi 19,8 Nm adalah hasil ujian yang luar biasa bagi sang siswa. Apapun itu, tetap sehat tetap semangat biar bisa modifikasi tiap hari,” tutupnya


Sumber : maniakmotor.com


MODIFIKASI SATRIA FU DRAGBIKE (MALANG): KOMPRESI RENDAH, 5 SPEED BEBEK TU 200 CC!

Kompresi cukup 12,8:1. Rendah untuk ukuran drag bike. Toh, kompresi bukan satu-satunya bikin laju mesin. Bahkan, pemampatan ruang bakar seperti ini katanya, demi sesor satu titik. Mudah diatur powernya di garis start oleh pedrag.
Seperti itu Satria FU 200 cc asal Malang, Jatim ini. Soal podium kalau dragbike  seputaran Jatim sih, FU ini langganan. Terakhir cetak 7,688 detik dan menjadi yang tercepat lewat Rizki Unyil di dragbike Kediri lalu. Yang mengorek FU berkelir kombinasi kuning hijau ini M.Prabowo. Ia punya logika sendiri soal kompresi rendah.
Kata Prabowo, bisa saja  dia menaikkan kompresi jadi tinggi, konsekuensinya motor  over acting, liarrr bo. "Sesuai laporan pembalapnya motor sulit diatur tenaganya. Disimpulkan kompresi yang sekarang yang paling enak buat joki kami," jelas Prabowo, tunner BMS Speed Shop 12 yang alamatnya di Jl. Karya Timur atau  100 meter dari LP Lowokwaru Malang. Wah itu penjara, hati-hati narapidananya kabur.
Ada lagi keuntungan dengan kompresi seperti di atas. Pak Prabowo tak repot cari bensol yang oktannya tingggi. Ia cukup singgah di SPBU beli  Pertamax Plus. Bahan bakar ini pun dijamin soal kadaluarsanya dan kebersihannya. Beda dengan bensol yang bila sudah lama banyak mengandung air yang bikin pembakaran ngaco. Bensol yang beredar kan kabanyakan dari kurasan tangki pesawat bro. 
Turunan kompresi yang tidak gila-gilaan ini adalah joki yang selalu presisi saat start. Maksudnya jarang jump start alias JS. Enjoygeetu looh. "Kem juga tak perlu lebar-lebar amat. Yang penting bisa disetel timing pengapian untuk minta ledakan besar di ruang bakar," jelas Prabowo dari Hambalang, eh maaf dari Malang sembari bilang soal angka durasi kem ada di DATA MODIFIKASI.
Intinya, racikan seperti itu tepat dengan spesifiaksi dua klep in berdiameter 25 mm dan dua klep out 22 mm. Keempat klep ini dengan durasi kem tadi diyakini membuka dan menutup presisi, sehingga perbandingan kompresi tadi dianggap hitungan bersih, sebersih kapasitas  200 cc yang menggunakan piston LHK diameter 72 mm.
Ketepatan kompresi ini bisa dilihat dari penggunaan girboks 5 speed dari aslinya 6 speed. Alasannya gigi 1 terlalu ringan. Macam mana bila kompresi ditinggikan lagi, makin ringan tuh???? Ya ada kekurangan dan ada kelebihan. Kelebihannya nafas setiap gigi akan lebih panjang. Juga jokinya nggak capek-capek mindahinpersneling. Ada lagi, waktu tidak terbuang setiap kali umpan reduksi. 
Makanya dimulai dari gigi dua. Caranya gigi pertama diganjal semacam bushing. Sayangnya Pak Prabowo ini masih simpan rahasia. Dia nggak mau buka-bukaan soal hitungan rasio. Katanya takut ditiru maniakmotor.com, nanti portal ini jadi bikin motor drag ketimbang bikin tulisan, lalu pencaharian Pak Prabowo berkurang, hehe.


Data modifikasi
Motor:Suzuki Satria Fu
Kelas:Bebek tune-up 200 cc









Best time:7,688 detik
kompresi:12,8:1 (pertamax plus)
Piston:LHK 72 mm
Durasi :270 °
Lift klep:7,5 mm
Klep:in 25 mm out 22 mm
Per klep:Jepang 
Balancer+magnet:standart, magnet 400 gr
Karb:keihin pwk 35 mm AS. MJ 125 PJ 45
Rasio:5 speed
Final gir:13-42
Cdi:BRT i-max 
Koil:YZ 125
Knalpot: R speed by Semprong

Sumber : maniakmotor.com

MODIFIKASI DRAG BIKE MIO J: TEKNOLOGI INJEKSI MATIK 200, LUMAYANLAH..!

Teknologi injeksi waw sudah berhasil ditancap pada matik drag bike. Tepatnya Matik 200 cc. Memang belum bisa dibilang berhasil, catatannya masih 8.4 detik. Catatan seperti itu bila ada puluhan starter yang ikut Matik 200, untuk berebut 16 starter ke final pun masih kesulitan. Catatan tercepat di kelas ini bermain 7.6 detik. Masih defisit 0.8 detik. Angka yang besar untuk jarak 201 meter. 
Benar saja, ketika berpartisipasi di event TDR di Senayan pada 30 November lalu, ya hanya setor uang pendaftaran. Sebab kalau ikut Matik 200 nggak bakal tembus 16 besar. Lha urutan ke-16 saja waktunya 8.1 detik.
"Makanya beraninya baru ikut bracket time yang 8 detik. Namanya masih riset, belum maksimal. Kan di TDR baru pertama diikutkan, masih uji coba," jelas Ute Cuters, joki sekaligus yang ikut campur merancang Mio J dengan injeksinya milik Ultra Speed Jakarta itu.
Menu utamanya tentu ECU racing yang mengelola bahan bakar bersama pengapiannya. Kan ECU kependekan dari engine control unit, bro. Barang inilah yang memanajemen mesin pada motor injeksi. Maka dipilih dari ECU yang mereknya aRacer. Merek ini katanya lebih mudah diterapkan bada mesin yang berbasis injeksi. Mapping engine-nya lebih mudah diutak-atik dan rangkaian kabelnya sudah dirancang dari sananya.
ECU ini memerintah throttle body (TB) Keihin yang diameternya 34 mm. Konstruksi TB sudah berhasil direkayasa bersama injektor merek SPS. Injektor tersbut katanya setiap menit disetel enyemprot 160 cc. "Pompa bahan bakarnya masih aslinya Mio J. Tapi itu tadi, masih riset dan masih jauh perfomanya. Selanjutnya target harus bisa di bawah 8 detik," tambah Cuters.
Cerita mesin memang sudah dimodifikasi ala Matik 200. Misalnya pakai piston 66 mm, noken-as berdurasi tinggi, kompresi dan sebagainya soal urusan mesin. Tapi untuk apa diceritakan bila targetnya belum tercapai. Jadi fokus informasinya adalah terobosan injeksi di arena drag bike. Itu patut dihargai bro.
Saran - eh maksudnya, ada pendapat dari para ahli mesin balap motor di Indonesia, cari dulu mesin yang kencang, baru injeksi menyesuaikan. Mirip yang dipakai anak-anak road race sekarang, mereka mencari mesin yang kencang baru dicangkoklah injeksi. Sebab yang namanya injeksi hanya pelengkap untuk mengatur mesin. Nah bila mesin yang diatur belum ada power memadai, injeksi jadi percuma.




Data Motor
Mrek: Yamaha Mio J
Seher: Kawahara (66 mm)
Klep: In diameter 33 mm dan out 27 mm
Kru-as: Std (dibandul 200 gr)
Knalpot: WRX
Koil: Ultra Speed 
Puly depan: SRP
Puly belakang: Yamaha Mio lama
Kampas: SPS
Per Cvt: 1.500 rpm
Roller: 8 gram rata
Rasio: 14 – 40
Per klep: SrP
Kompresi :13:1
Dyno: Ultra Speed (25,1 Hp)
Koil: Thunder
Bahan bakar: Pertamax racing
Setang seher: Mio lama
Shok depan: Standar bubut
Shok belakang : Daytona
Ban depan: IRC Eat My Dust
Ban belakang: IRC Eat My Dust
Sumber : maniakmotor

Rabu, 03 Desember 2014

MENINGKATKAN TARIKAN AWAL, MODAL 75 RUPIAH

Memiliki motor harian berperforma di atas rata-rata, penting buat semua pengendara. Apalagi sekarang di lampu stopan, begitu hijau kelakuan seperti mau start balap. Inginnya melejit duluan. Nah tips ini obatnya, hanya Rp 75 perak untuk beli kertas HVS Quarto.

Sebenarnya bisa untuk semua motor, tapi kali ini ngomong Jupiter Z atau Vega. Lumayan bisa menang dari Satria FU atau bahkan Ninja, walau hanya ditarikan awal, ya tetap bangga, dong. Itu tadi, modalnya kertas HVS untuk mengganti paking standar Jupiter Z.
Ini elmu jangan dipandang enteng, datangnya dari Heru Kete. Itu loh mekanik Yamaha Yonk Jaya yang ngetop di IndoPrix dan MotoPrix. “Kertas HVS Quarto ada tiga model tipisnya. Yang 60 gram (tebal 0,06 mm), 80 gram (tebal 0,08 mm) atau 100 gram (0,1 mm). Semua bisa digunakan. Yang saya pakai 0.1 mm, karena hitungannya untuk harian tanpa mengubah yang lain,” jelas Amri, asisten Kete yang sudah menggunakan pada Yamaha Vega hariannya.
Caranya HVS tinggal dimolding atau dicetak sesuai paking asli. Satu lembar HVS bisa jadi tigapaking, hanya satu yang digunakan yang lain silakan dijual. Lalu buka kepala  silinder pakai kunci 12 pas, di situ ada paking bawaan motor berjumlah dua. Ingat, hanya salah yang di atas diganti sesuai maunya sampeyan.
Soal pasang memasang ini mendingan ajak yang mengerti, jangan asal bongkar bila masih buta tuli. Kecuali tujuannya belajar memasang sendiri. Namanya belajar salah-salah sikit nggak masalah. Atau ke bengkel yang sudah pasti jago bongkar dan pasang. Perintahkan si bengkel untuk memasang paking HVS yang sudah dibentuk jadi paking. Berarti bukan Rp 75 perak lagi, kan tambah ongkos bengkel.


Sumber : maniakmotor.com