Setang piston Tiger dengan ukuran 105, 5 mm lebih panjang standar FU yang 102,5 mm. Sedang piston CBR150 berat massanya lebih ringan. Daging pistonnya lebih tipis dan pendek dari standar FU. Belum lagi pin pistonnya 15 mm. Bandingkan piston FU yang berdiameter pin 16 mm dan piston tebal, jadinya berat.
Pada big end setang piston Tiger perlu dibubut 0.5 mm di sisi kanan-kiri. “Langkah ini agar daun kruk-as balik seperti ukuran standard FU saat dipasang. Kan prinsipnya bermain putaran mesin, sebisa mungkin benda-benda yang berputar dibikin enteng. Kalau perlu yang naik motornya juga diet, biar ringan. Hahahha,” canda Swega yang memang humoris itu.
Jika standard setang piston FU 102.5 mm atau rod/stroke ratio 2.1:1, pakai setang Tiger jadinya 2.15:1. Kelihatannya selisih sikit, tapi nanti hasilnya pada peak power. Namun, top puncak piston CBR perlu dibubut modif jadi jenong kisaran 1 mm. Jangan lupa membentuk ulang relief puncaknya agar ketemu yang aman untuk harian.
Untuk porting fokus pada bowl area, di bawah siting klep dibikin lebar 22 mm untuk masuk dan buang 19 mm. “Arah porting juga diakali dengan memotong salah satu batang klep pada bagian bushing dalam klep. Dengan begitu radius porting sekitaran bos klep seragam, arahnya sesuai aliran kemiringan sudut klep,” jelas Swega yang meyakini meski kapasitas mesin hanya 155cc tenaganya mendekati yang bore-up.
Dari hasil dyno dengan kompresi 11,2:1 dan torsi mesin tidak sampai 14 nm tapi tenaganya melonjak hingga 21 dk pada 12,000 rpm. Padahal durasi noken as tergolong kecil, hanya 230o dengan LSA 103o. Ruang juga bakar cukup disuplai karburator PE 28 mm Keihin. CDI terserah menggunakan yang mana, yang penting racing dengan timing 39o sebelum TMA.
Coba diukur dengan bebek-bebek lain yang modif 150cc mungkin hanya kisaran 13 – 17dk. Makin istimewa peak power mesin ini kuat digeber hingga 13,000 rpm.
Sumber : maniakmotor.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar